Seperti yang kita ketahui, Facebook dan Twitter adalah salah satu jenis social network yang paling digandrungi oleh masyarakat luas dibeberapa waktu ini. Karena melalui Facebook dan Twitter inilah kita bisa numpang eksis, bahkan juga bisa dimanfaatkan untuk berhubungan dengan relasi atau teman yang berada di lain tempat. Namun kini Facebook dan Twitter juga dimanfaatkan untuk melakukan tindakan Cyber Bullying. Apa itu Cyber Bullying ?
Cyber Bullying adalah saat di mana seorang anak atau remaja merasa tersiksa, terancam, dilecehkan, terhina, dipermalukan ditargetkan oleh anak atau remaja lain dengan menggunakan media internet, teknologi digital interaktif, atau telepon genggam/handphone (sumber: StopCyberBullying.org).
Jadi dengan kata lain Cyber Bullying adalah kejahatan di dunia teknologi yang merugikan orang lain. Bahkan telah terjadi serangkaian kasus bunuh diri di Australia yang diduga akibat dampak dari Cyber Bullying di Facebook dan Twitter. Woooww…
Karena Cyber Bullying itulah beberapa sekolah di Australia didesak untuk menyediakan kelas khusus untuk mempelajari Facebook dan Twitter. Bertujuan untuk mengajarkan siswa untuk menggunakan Facebook dan Twitter secara bijak. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa anak-anak mudah mengambil tindakan tanpa konsekuensi. Mereka tak memperhitungkan akibat yang akan terjadi dari tindakan Cyber Bullying tersebut, misalnya dapat membuat orang lain merasa tertekan karena mengalami pelecehan dan kekerasan di dunia maya akan merasa terintimidasi dan depresi, bahkan dapat menjurus pada ‘bunuh diri’. Hiiy, scary…
Asosiasi orangtua dan masyarakat di New South Wales yang mewakili orangtua dari sekitar 2.200 sekolah telah meminta kepada pemerintah agar memasukkan kelas jejaring social dalam kurikulum sekolah secara resmi. Wow, kalo di Indonesia juga diberi kurikulum Facebook dan Twitter, gimana perasaan kalian?
Yang akan dipelajari dari kelas jejaring sosial bukan hanya bagaimana kita mengoperasionalkan Facebook dan Twitter, seperti bagaimana cara mengupload foto? Bagaimana cara mengganti nama? Dan bagaimana caranya menggunakan aplikasi ini dan itu? Tetapi juga mengajarkan siswa tentang etiket berinternet dan juga cara memproteksi privasi dan konten-konten pribadi. Selain itu juga mengajarkan siswa lebih selektif dalam menyebarkan tautan-tautan yang sensitive serta menulis status yang memancing pertengkaran atau permusuhan.
Bila di Indonesia juga diadakan materi pembelajaran Facebook dan Twitter, pasti akan menguntungkan para pecandu Facebook dan Twitter tersebut. Karena dengan adanya pelajaran tersebut, kita bisa lebih jago mengutak-atik akun kita. Benar begitu, readers? Namun perlu kita ketahui, sebenarnya pelajaran tersebut juga memiliki sisi buruk bagi penggunanya. Dengan adanya pelajaran Facebook dan Twitter yang juga didukung oleh pihak sekolah dapat membuat kita menjadi semakin kecanduan pada jejaring-jejaring sosial tersebut, yang akan membuat kita semakin tidak peduli dengan sekitar kita, kurangnya sosialisasi dengan lingkungan yang ‘nyata’, bukan lingkungan yang ‘maya’, tidak menghiraukan kewajiban kita sebagai siswa, yaitu belajar. Selain itu, kesehatan kita akan menurun, contohnya kesehatan mata yang terlalu lama melihat komputer.
Wah, ternyata membingungkan juga yaa. Bisa kita bayangkan aja kalau di Indonesia ini ada pelajaran Facebook dan Twitter, jadi apa negeri kita ini? Menurut aku, tidak perlu memasukkan materi Facebook dan Twitter dalam kurikulum, yang diperlukan hanyalah sosialisasi bagi penggunanya dari pihak sekolah. Jadi kita bisa menjaga etika baik dalam menggunakan Facebook dan Twitter tanpa menjadi pecandunya nantinya. Yang setuju, angkat tangan!